Berita & Artikel
Home / Berita
Jan 24, 2024 / Lain-lain
Copy Link
Mewujudkan SD Muhammadiyah 7 Bandung Zero Bullying : Sekolah Sebagai Sebuah Keluarga Besar
Setelah mengetahui apa itu bully, potensi dan macamnya, perlu kiranya disusun langkah nyata untuk mengantisipasi terjadinya hal tersebut. Kita harus beradu cepat dengan potensi kerentanan terjadinya bully. Alangkah lebih eloknya berbagai macam langkah antisipatif itu disusun melalui curah gagasan dari semua guru dan karyawan untuk ditemukan formula yang baik sebagai kolaborasi ide.
Dalam tulisan ini saya mencoba untuk menyampaikan ide-ide saya tentang langkah dalam mengantisipasi bully. Sebuah tulisan hasil dari refleksi sendiri yang sebenarnya belum teruji baik secara laboratoris maupun aplikasi di lapangan. Saya yakin semua rekan guru dan karyawan pun mempunyai lamunan yang sama dengan saya, ingin Meminimalisir bully, meskipun jalan dalam lamunannya berbeda.
Judul di atas adalah isi utama dari tulisan ini. Ketika sekolah menjadi tempat yang rentan untuk terjadinya perundungan, maka kita jadikan sekolah, dengan mempersepsikannya sebagai sebuah Keluarga Besar. Seperti halnya dalam sebuah keluarga, meskipun skalanya lebih besar, kenyamanan dan keamanan akan lebih dirasakan. Siswa akan merasa terlindungi karena adanya ayah, bunda, kakak atau kakek nenek yang melindungi. Berbagai potensi kecelakaan atau musibah pun akan dapat dihindari karena adanya pengawasan dari anggota keluarga. Sehingga proses KBM akan berlangsung nyaman dan kondusif ketika sekolah menjadi keluarga ke dua, Keluarga Besar.
Karena itulah dalam menciptakan terwujudnya iklim keluarga di sekolah, semua stake holder yang ada harus berperan seperti peranan di rumah, dengan memposisikan siswa sebagai anak kandung. Ibu dan bapak guru diusahakan untuk mengambil peranan sebagai ayah dan bunda siswa. Kalau sudah memposisikan diri sebagai orang tua, maka pengajaran dan pendidikan akan diberikan dengan kadar cinta yang lebih dari sekedar transfer ilmu guru kepada murid. Dalam menyikapi heterogenitas sikap siswa, terutama terhadap siswa spesial, guru akan lebih sabar dalam menghadapinya. Karena yang dibayangkan adalah anak kandungnya yang merasakan segala bentuk perjuangan dari mulai positif hamil, sakitnya melahirkan, ketika lucu-lucunya di usia balita sampai usia sekarang.
Saat perasaan seorang ibu atau bapak kandung sudah ada dalam hati ibu dan bapak guru, siswa akan merasakan semua tutur kata, belaian, elusan kepada mereka sebagai sesuatu yang tulus dan penuh kasih.
Begitu pun dengan staf dan karyawan sebagai bagian dari sekolah atau keluarga besar. Mereka berperan seperti halnya saudara, om atau tante yang membantu memberikan pelayanan untuk kelancaran KBM di sekolah. Posisinya sebagai orang rumah yang dekat dan berinteraksi intensif dengan siswa, harus memerankan tugasnya dengan tulus dari hati sanubari. Sehingga siswa pun merasa nyaman dan terjaga juga keamanannya dengan keberadaan mereka. Setiap kebutuhan mereka dilayani dengan penuh kasih, ikut memperhatikan dan mengawasi keberadaan mereka karena merasa bertanggung jawab dengan keselamatannya dan contoh sikap atentif lainya.
Kakak kelas akan berperan sebagai kakak kandung yang senantiasa menjaga mereka dari berbagai macam keisengan. Sebagai kakak, mereka akan memberikan perhatian dan kasih sayangnya yang membuat sang adik nyaman. Kepada adik kelas pun, mereka akan berperan sebagai kakak yang melindungi sehingga tidak berani untuk membully. Sikap hormat kepada kakak akan terbentuk karena kasih sayang yang dirasakan dari kakaknya. Sehingga dengan penuh takdzim, adiknya akan memanggil dengan panggilan yang sopan dan penuh penghormatan, kakak, akang, Ceuceu, Aa, teteh dll. Begitupun kepada sang adik, mereka akan menyapanya dengan panggilan penuh kasih sayang sebagai wujud cintanya dengan panggilan adek, dede, rai dll.
Begitulah kiranya lamunan singkat untuk mencegah terjadinya bully di sekolah dengan menciptakan sekolah sebagai sebuah Keluarga Besar dengan memerankan fungsi dan tugas masing-masing seperti peran dalam sebuah keluarga. Seperti halnya lamunan yang kerap terfokus kepada gambaran fiktif yang enak-enaknya saja. Di bagian selanjutnya akan coba diurai langkah-langkah kecil untuk mewujudkan Keluarga Besar Sakina Mawaddah warohmah itu.
Bismillah
Sumber:http://sdm7bdg.sch.id/beritadetail/Mewujudkan+SD+Muhammadiyah+7+Bandung+Zero+Bullying+:+Sekolah+Sebagai+Sebuah+Keluarga+Besar
Penulis : Yaser Arafat
2 Menyukai
0 Komentar
Berita & Artikel Lainnya
Juara 1 Ngarang Carita Pondok Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Provinsi Jawa Barat 2022
Komentar